Setelah melewati beberapa pertengkaran hebat, rasanya aku masih belum mengerti, pria macam apa yang bisa kucintai sampai segininya? Aku tak pernah melihat kamu yang seperti ini. Kamu yang semakin cuek dan dingin, kamu yang mengucapkan janji yang mungkin dengan setengah hati atau terpaksa, kamu yang tak mau memberi penjelasan dan tak mau menjawab pertanyaanku, dan kamu yang kali ini tidak aku kenali. Aku tidak tau siapa pria yang masih bersamaku ini, pria yang begitu mudah mengucapkan kata putus, kemudian mudah emosian lalu mengeluarkan makian dengan kata-kata yang kasar.
Kamu tau, sayang. Aku udah sesabar apa. Aku rela tidak menuntut apa-apa dari kamu. Aku tidak memintamu untuk menghubungiku sepanjang hari. Aku setia jadi tempat curahan hatimu, jadi tempat luapan segala amarahmu, walaupun dengan caramu yang menyakitiku. Apa kamu tak melihat kesabaran hati seorang perempuan dari semua sikapku yang selalu menahan diri agar tetap terlihat kuat didepanmu?
Kamu mungkin pernah melihat air mataku, tapi kamu tak pernah melihat seberapa parah lukaku selama ini. Aku tak pernah berusaha meninggikan nada suara seperti yang kamu lakukan kepadaku, tak ingin memaki dengan perkataan yang kasar, tak mau melukaimu seperti kamu melukaiku. Katakan padaku sayang, perempuan mana yang rela seperti ini selain ibumu dan aku? Apakah ada perempuan yang lain yang bisa bertahan denganmu bahkan dalam keadaan terburukmu?
Sayang, mungkin kamu melihatku hanya dari sisi yang paling kamu benci. Kamu belum paham bahwa perempuan yang takut kehilangan kamu adalah perempuan yang sangat menyayangi kamu. Seharusnya kamu sadar akan itu.
Kali ini, biarlah hatiku teriris sendiri. Biarkan aku yang terluka parah, biarkan aku yang menangis secara diam-diam. Sebenarnya aku tau apa yang mesti aku lakukan, pergi meninggalkanmu, melupakamu, dan menganggap semuanya tak pernah terjadi. Tapi aku tak bisa melakukan hal itu. Sekarang aku masih tetap sabar menghadapimu karena aku masih ingin memberi kesempatan untukmu untuk yang tak ada batasnya. Tapi jika sabarku masih kamu sia-siakan, mungkin akan tiba masanya untukku meninggalkanmu. Karena kamu bukan pria yang ku kenal dulu yang bisa saling menyayangi dengan cara yang indah dan selalu membuatku bahagia.
Kini kamu adalah pria yang kasar yang tak segan-segan mengeluarkan makian, hujatan, dan menusukkan rasa sakit dihatiku. Kamu berubah jadi pria lain, pria yang egois dan emosian. Dan aku membiarkan diriku untuk sabar tanpa melawan dan mengucapkan banyak kata. Aku tak tau mengapa perjuanganku hanya kau anggap angin lalu. Apa mata dan hatimu masih tertutup sehingga tak mampu melihat dan menyadari siapa perempuan yang selama ini jatuh bangun hanya untuk bertahan agar tetap mencintaimu?
Biarlah waktu yang membuamu sadar, sayang. Kini, aku yang mungkin kamu anggap hanya sebagai angin lalu akan memberikan kesempatan untukmu untuk menghirup udara bebas.
Permintaan aku tak banyak, aku hanya ingin kamu yang dulu ada disaat ini. Entahlah, rasanya aku sangat ingin kamu yang dulu. Kamu yang selalu ada buat aku, yang selalu bisa bikin aku ketawa dengan segala tingkah kamu, yang membuat aku selalu takut untuk kehilangan kamu. Yaa... aku rindu, rindu kamu yang dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar